TRAGEDI ESKUL PRAMUKAPagi yang cerah dengan matahari bersinar penuh senyuman, burung-burung pun berkicauan dengan merdunya, hembusan angin nan sejuk menyentuh kulit, dan planet venus tampak terlihat di langit biru, yang menandakan bahwa fajar telah tiba. Hari ini adalah hari Rabu, hari yang aku nantikan entah kenapa aku senang dengan hari Rabu dimana hari Rabu itu sekolahku mengenakan seragam pramuka, dan tentu saja aku merupakan anak Eskul Pramuka inti atau biasa disebut dengan Bathosix.Namaku Mufidaturohmah, aku kelas 8c di SMPN 6 Depok, teman-temanku tentu saja kenal denganku, mungkin karena suaraku seperti toa yang menggelegarkan telinga teman-temanku, Hehehe J dan aku juga merupakan anak yang cukup aktif karena aku selalu mengikuti banyak kegiatan di sekolah. Selama kelas 7 aku mengikuti Eskul Rohis, Pramuka, dan Volly. Sekarang aku hanya mengikuti Eskul Pramuka dan Rohis.Sejuk menyeruak kedalam hatiku pagi itu, kini ku jalani aktivitas seperti biasa sebagai seorang pelajar, dan suasana hatiku sangat ceria karena rencananya aku ingin mengambil kacamata di Optik Kurnia pasar pucung. Ternyata setelah diperiksa kemarin lusa aku mengalami rabun jauh (Minus 1). Pada saat itu rasa bangga menyelimuti pikiranku, kerena aku membeli kacamata itu dengan jerih payah hasil menabung yang sebagian aku sisihkan dari uang saku ku setiap harinya.Dengan wajah berbunga-bunga aku pun berangkat ke sekolah yang diantar oleh Mama ku. Ketika setibanya aku di gerbang sekolah aku segera menuju ke kelasku, sambil berlari-lari kecil dan bersenandung, waktu di depan PKS ada yang memanggil namaku.“Mufida.. Mufida..”Aku pun berhenti berlari dan bersenandung, aku merasa kaget dan langsung melihat di sekelilingku, ternyata yang memanggilku adalah Bu Evi, beliau merupakan wali kelas di 8c, dan aku segera menghampirinya di ruang Guru.Aku pun memasuki ruang Guru. Setibanya di ruang Guru ternyata tidak ada siapa-siapa selain aku dan BuEvi. Kebetulan sejak aku berlari-lari tadi aku mengeluarkan keringat dan tubuhku terasa gerah, di ruang guru aku juga sambil ngadem hehehe J.“Assalamualaikum.. “ Aku berjalan mendekati meja Bu Evi dan kemudian bersalaman.“Waalaikumsalam.. ” Bu Evi pun tersenyum dengan ramah.“Ada apa ya bu memanggil saya ?” Aku bertanya dengan penuh serius.“Oh ya, kemarin katanya kamu mau ambil uang tabungan ya Mufida ?” Kata Bu Evi yang sedang mencari sesuatu di mejanya.“Iya bu.” Aku menjawab sambil mengipas-ngipas tubuhku.“Semuanya ?” Menegaskan kembali.“Engga kok Bu, sejumlah Rp 300.000 saja.” Sambil tersenyum“Oh yasudah, nanti ya ketika waktu pelajaran ibu di kelas.” Berkata sambil bangun dari tempat duduknya.“Oke deh Bu, yasudah saya ke kelas ya Bu.” Berpamitan sambil bersalaman dengan Bu Evi.“Iya, Ibu juga mau ke koperasi.”Setelah berbincang-bincang dengan Bu Evi, dan tubuhku sudah tak terasa gerah, aku pun menuju ke kelas.Sesampainya di dekat tangga kelasku ada Sheylla yang akan menginjakan kakinya ke anak tangga. Sheylla adalah teman duduk sebangkuku di kelas. Tak segan-segan aku segera memanggilnya dengan suara yang lantang.“Sheylla.. Sheylla.. tunggu aku !”, ya tentunya dia langsung refleks berhenti, dan dia pun menungguku. Kemudian kami berjalan menuju kelas dengan bersama.Disaat aku dan Sheylla tiba di kelas, kami pun memberi salam walaupun tak ada orang, dan kami menuju tempat duduk, kami juga membiasakan diri untuk membaca-baca buku. Beberapa menit kemudian bel masuk berbunyi, semua murid-murid berbaris di depan kelasnya masing-masing dan tak lupa untuk membaca do’a.Jam pertama pun dimulai, KBM berjalan seperti biasa. Setelah beberapa jam kemudian bel istirahat pertama berbunyi, seperti biasanya aku selalu membiasakan diri untuk sholat Duha bersama teman-temanku. Setelah sholat aku bersama teman-temanku menuju kantin/koperasi untuk mengisi perut kemudian kami kembali ke kelas dan makan bersama.30 menit pun berlalu, bel berbunyi tanda berakhirnya istirahat. Semua murid-murid masuk ke dalam kelasnya masing-masing. Bu Evi juga segera memasuki kelas 8c dan siap untuk memulai pelajaran. Selain menjadi wali kelasku, Bu Evi juga mengajar pelajaran Bahasa Indonesia. Sebelum pelajaran dimulai, beliau memanggilku ke mejanya untuk mengambil uang tabungan. Aku pun segera menghampirinya dan kemudian menandatangani buku tabunganku bahwa kalau aku sudah mengambil uang tabungan yang sejumlah Rp 300.000Dengan suasana kelas yang ramai, dan teman-temanku sibuk dengan sendirinya aku berfikir tidak ada yang mengetahui kalau aku habis mengambil uang tabungan kecuali Sheylla. Setelah Bu Evi memberiku uang, aku pun langsung selipkan uang tersebut kedalam buku tabungan dan buku tabungannya aku selipkan juga kedalam buku-buku pelajaran di tas ku. Seketika Sheylla bertanya kepadaku.“Mufida abis ngambil uang tabungan yah ?” Bertanya sambil berbisik-bisik.“Iya Shell” Aku menjawab sambil sibuknya merapikan buku-buku yang berada di tas ku.“Emang uangnya untuk apa Muf ?” Sheylla bertanya sambil mengeluarkan buku Bahasa Indonesia dari dalam tasnya.“Untuk beli kacamata, soalnya mata aku sudah minus 1 Shell setelah diperiksa kemarin lusa.” Aku menjawab dengan serius sambil merapihkan kondisi meja ku.“Iya ? Cie Mufida pakai kacamata.” Berkata sambil bercanda dan mengejekku.“Sheylla apa sih ? Sudah ah perhatikan itu Bu Evi sedang menerangkan.” Aku pun mengalihkan pembicaraanBu Evi pun menerangkan pelajaran dengan khitmat. Suasana dikelas pun seketika menjadi hening. Setelah beberapa jam kemudian bel istirahat kedua pun berbunyi, dan begitu keluar dari kelas aku langsung menuju Musholla bersama teman-temanku untuk melaksanakan sholat dzuhur secara berjamaah.Setelah 30 menit berlalu, bel tanda berakhirnya istirahat berbunyi dan selang beberapa jam kemudian bel pulang berbunyi. Semua murid pun berhamburan keluar untuk pulang kecuali anak yang Eskul Pramuka. Pada saat sebelum Eskul , aku gunakan waktu untuk beristiahat sejenak dan meletakan tas beserta barang-barangku di Sanggar Pramuka,Matahari pun sudah mengeluarkan sengatannya. Hari semakin siang dan jam sudah menunjukkan pukul 14.00, Eskul pun dimulai. Semua murid yang Eskul Pramuka sudah bersiap-siap di lapangan dan membawa tongkat serta tali untuk latihan tali temali. Beberapa jam kemudian, waktu semakin sore, matahari juga sudah tak menampakkan dirinya. Jam menunjukkan pukul 16.30 sore dan semua anak yang Eskul Pramuka di izinkan untuuk pulang.Ketika aku ingin mengambil tas beserta barang-barangku yang berada di Sanggar Pramuka aku sangat heran, resleting tas ku tidak berbentuk seperti semula, awalnya aku tak menghiraukan hal itu, karena aku merasa panik ketika waktu sudah terlalu sore, dan aku pun segera menelfon Ayahku untuk meminta tolong agar menjemputku disekolah. Setelah aku menelfon Ayahku, rasa penasaran dan tanda tanya besar ada didalam benakku. Aku segera memeriksa uang tabunganku, setelah ku cari-cari dengan teliti dan mengobrak abrik seluruh isi barang yang berada di tas ku, ternyata tidak ada dan uangku hilang. Suasana pun berubah menjadi galau, dan aku meneteskan air mata dengan penuh kegelisahan.Saat itu semua teman-temanku sudah pulang, yang tersisa tinggal aku, Dicky, dan Adindha yang sedang menunggu dijemput. Mereka pun menanyakan mengapa aku meneteskan air mata.“Mufida kenapa ?” Adindha bertanya sambil mendekatiku.“Uangku hilang Dindha.” Aku menjawab dengan perasaan panik dan sambil menangis terseguk-seguk.“Berapa Muf ?” Dicky pun menghampiriku dan Adindha.“Rp 300.000 Dicky.” Kembali mengeluarkan isi di dalam tasnya dengan rasa panik.“Itu uang apa ? Uang Untuk LDK ?”Adindha kembali bertanya “Bukan Dindha, tadi aku baru saja mengambil uang tabungan untuk membeli kacamata karena mata aku minus” Aku menjawab sambil menangis.“Coba cari lagi, siapa tau aja keselip di buku-buku.” Dicky berusaha membantu mencari.“Ga ada Dicky, udah dicari” Aku menjawab dengan nada tinggiSetelah beberapa menit kemudian aku diberitahu oleh pelatih peramuka yaitu Kak Eva, kalau aku sudah dijemput. Adindha pun memberitahu juga kepada Kak Eva dan Ayahku kalau uangku itu hilang dan Adindha menjelaskannya. Aku juga segera menghampiri Ayahku dan meninggalkan Sanggar dengan wajah yang penuh gelisah serta mata yang sembab karena habis nangis.”Kenapa kak?” Ayahku bertanya dengan herannya kepadaku.Dan kemudian Kak Eva pun bertanya“Mufida kenapa?” Kata Kak Evo sambil melihat wajahku.Karena aku tak kuat untuk berbicara, aku menangis dengan sesegukan. Dan Adindhalah yang menjelaskan kepada Kak Evo dan Ayahku bahwa uangku itu hilang.“Jadi gini loh, uang Mufida itu hilang Rp 300.000. Uang itu adalah uang yang baru tadi ngambil dari uang tabungan Mufida di kelas, sudah dicari di tasnya tetapi tidak ada, terus waktu pertama lihat keadaan tas, resleting tasnya itu tidak seperti keadaan semula.” Adindha menjelaskan sambil mengusap punggungku.“Kan kakak sudah bilang, kalau punya barang atau uang yang berharga silahkan dibawa saja, jangan ditinggal di Sanggar.” Kak Eva menjelaskan dengan nada tinggi.“Aku fikir di Sanggar itu aman kak, soalnya kan yang di Sanggar itu anak Pramuka semua, dan kalau dibawa kantong rok ku itu terlalu cetek, justru malah jatuh kak.” Aku menjawab sambil menangis,“Ya kalau sudah begini mau diapakan lagi ?!” Kak Evo berkata tanpa memperdulikanku.“Seharusnya tidak boleh seperti itu dong, beri tindakan yang baik, dan dikumpulin semua anak yang menaruh di Sanggar untuk mengetahui siapa tau saja dari anak Pramuka itu sendiri yang mengambil” Ayahku merasa tidak terima dan ia menegaskan kepada Kak Eva.“Tapi kan saya sudah beritahu kepada semua anak Pramuka kalau punya barang atau uang banyak itu dibawa, dan kalau sudah seperti ini mau gimana ?” Kak Eva menjelaskan kepada Ayahku.Ayahku merasa kesal karena tidak ada respond dari Pembina Pramukaku, kemudian Ayah menyuruhku menuju ke motor untuk pulang. Aku pun berpamitan kepada Pelatih dan teman-temanku.Selama diperjalanan aku dimarahi oleh Ayahku yang tiada hentinya ngomel-ngomel, dan aku hanya bisa menangis. Rencanaku untuk mengambil kacamata pada hari itu dibatalkan atau di cancel.. LSetibanya dirumah dengan aku menangis yang tiada henti-hentinya Mamaku menanyakan kenapa menangis. Dan lagi-lagi aku tak bisa menjawabnya. Aku segera masuk ke kamar dan segera mengambil wudhu kemudian Sholat Ashar.Dan ketika waktu Maghrib tiba, aku tiada hentinya menangis, ditambah lagi seolah-olah aku yang salah. Aku terus dimarahi oleh kedua orang tuaku, aku selalu berdo’a kepada Allah agar uangku ketemu dan aku pun tak henti-hentinya berdzikir dan membaca do’a. perasaanku dilanda dengan kegalauan, belajar pun menjadi tidak konsentrasi padahal esok hari itu aku akan melaksanakan Ulangan Harian IPA.Tiba-tiba Mamaku menghampriku yang sedang berada di kamar.“Besok Mama dan Ayah mau ke sekolah kakak, mau ketemu dengan wali kelas kakak.” Dan aku pun hanya menggangguk saja.Kupandangi bulan dan bintang yang menampakkan cahayanya yang sangat indah lewat jendela kamarku. Ku serahkan semuanya kepada Allah dengan bertawaqal, dan aku ikhlas apabila uangku memang benar-benar hilang, dan mungkin dengan kejadian ini menjadi peringatan untukku dalam menjaga uang yang banyak atau barang berharga. Tidur pun juga merasa tak tenang, karena masih membayangkan hal yang tak habis fikir.Pada pukul 01.30 malam, aku melaksanakan sholat tahajud dan sholat istikharah agar aku mendapatkan petunjuk akan kejadian kemarin itu. Dan waktu pun sudah berganti, ayam pun mengeluarkan suara khasnya, tanda fajar telah tiba. Aku terbangun dari tidurku kemudian merpikan diri dan bersiap-siap untuk berangkat kesekolah dengan mata yang sembab.Pada pukul 06.30 aku berangkat dari rumah dengan diantar oleh kedua orang tuaku. Sesampainya di sekolah kami menuju Ruang Guru dan menemui wali kelasku yaitu Bu Evi. Kemudian aku pun bercerita dengan beliau tentang kejadian itu. Sebenarnya orang tuaku hanya berharap agar kejadian ini tak terulang kembali dan pihak sekolah harus lebih tegas dalam menerapkan peraturan.Setelah orang tuaku berbincang-bincang dengan Bu Evi, mereka pun pulang dan melaksanakan aktivitasnya, dan sementara aku pun masuk ke kelasku. Tak lama bel masuk pun berbunyi. Pada saat masuk kelas teman-teman langsung menanyakan kejadian yang menimpaku kemarin, dan aku hanya terdiam. KBM pun berjalan seperti biasa.Ketika sedang KBM berjalan aku di panggil oleh Bu Titi, beliau adalah Guru Pembina Eskul Pramuka, dia menanyakan kronologi kejadian kemarin kepadaku, setelah ku jelaskan Bu Titi langsung mengambil tindakan dengan memanggil suaminya yang merupakan orang pinter (paranormal), dan aku diberi amanah untuk memberitahukan kepada semua anak pramuka inti agar berkumpul di Sanggar Pramuka pada saat istirahat pertama.Bel istirahat pertama pun berbunyi, dan semua anak Pramuka berkumpul di Sanggar. Kami mendengarkan suaminya Bu Titi bercerita, selama ia menangani kasus seperti ini. Ceritanya itu cukup menyeramkan, dan pada saat ingin mengetahui siapa yang mengambil uangku, tiba-tiba saja bel masuk pun berbunyi. Dan kami pun merasa panik, apalagi anak kelas 8c karena pada saat itu akan melaksanakan Ulangan Harian IPA suasana pun berubah menjadi ramai. Dan aku ditanya oleh suaminya Bu Titi“Kamu mau dilanjutkan atau nunggu sampai orangnya itu ngaku? “Okey saya beri waktu saja ya, apabila orangnya itu tidak mau mengaku sampai hari Senin, maka saya akan kemabli kesini, dan apabila kalau sampai hari Senin orang tersebut tidak mau mengakui maka orang tersebut akan merasakan akibatnya.”“Yasudah iya pak” Aku pun mengangguk.Dan semua anak Pramuka kembali ke kelasnya masing-masing. Setibanya di kelas ternyata tidak ada Bu Farida, dan kami akan melaksanakan Ulangan pada saat jam ke-6. Aku hanya terdiam dan memandangi disekitar sekolah dari jendela kelasku. Tiba-tiba saja temanku yang bernama Anita menghampiriku.“Dor… Mufida bengong ajah..” Anita menepuk pundakku sambil mengagetkanku.“Ih kamu Anita..” Terperanjak kaget.“Aku tau siapa yang mengambil uangmu, orang itu adalah Gigih.” Dia sambil mengeluarkan HP yang berada di kantong sakunya dan ia menunjukkan SMS orang yang mengambil uangku, serta ia menjelaskan isi SMSnya kepadaku. Gigih merupakan anak Pramuka Inti yang kemarin menaruh tasnya di Sanggar Pramuka juga.Aku kaget setelah melihat HPnya Anita, aku pun tak percaya akan hal itu, dan aku berfikir tidak mungkin kalau Gigih yang mengambil uangku, secara aku dan Gigih tidak terlalu dekat, dan aku tak begitu kenal dengannya. Aku langsung menuju Ruang Guru dan mencari Bu Titi untuk bercerita akan hal itu. Setelah aku bercerita aku pun menuju ke kelas, setibanya ditangga aku bertemu dengan Anita dan ia memintaku untuk menemaninya ke toilet.“Mufida temenin aku yuk ke toilet..!!” Anita membujukku.“Yaudah deh iya, yuk” Dengan senang hatinya aku.Ketika kami tiba di toilet, Anita mengatakan sesuatu kepadaku dengan wajah yang penuh keseriusan, seketika suasana pun menjadi hening.“Sebenarnya aku yang mengambil uangmu Muf..” berkata dengan wajah panik serta meneteskan air mata.“Ah kamu mah bercandanya begitu sih.” Aku pun tak menghiraukan kata-kata Anita.“Ih Mufida… aku serius, aku yang mengambil uangmu. Tapi aku mengambilnya itu di lantai Sanggar bukan di tasmu..” Anita mempertegas..“Iya ? Beneran ? “ Aku menjawab dengan rasa kaget.“Iya beneran Mufida, aku mohon kepadamu agar menjaga rahasia ini yah.. Maafkan aku Mufida.. please!!” Sambil memohon.“Iyah, iyah, tapi kamu kenapa tadi menunjukki SMS yang Gigih itu?! Kan kasihan namanya jadi dibawa-bawa.”“Itu aku mau bilang kepadamu, tapi aku malu.. Please Mufida maafkan aku, aku janji besok aku kembalikan uangmu, dan aku mohon juga jangan bilang ke siapa-siapa ya akan hal ini?!!” Anita pun memohon sambil menangis.“Yaudah iya aku maafin kok, tapi janji jangan ngulangin lagi yah..”Karena perasaanku tak tega aku pun memaafkannya, walaupun sebenarnya aku tak menyangka. Perasaanku pada saat itu berubah menjadi lebih tenang. Kemudian kami kembali ke kelas karena bel ke-6 sudah berbunyi dan kami melaksanakan Ulangan Harian IPA.Beberapa menit kemudian bel istirahat kedua pun berbunyi, aku menuju ke Ruang Guru untuk menemui dan bercerita kepada Bu Evi dan Bu Titi. Karena Bu Evi tak ada di Ruang Guru, dan akhirnya aku bercerita dengan Bu Titi. Setelah berbincang-bincang dengan Bu Titi, Bu Titi pun merasa kaget dan tak menyangka juga. Kemudian Bu Titi menyuruhku untuk memanggil Anita ke Ruang Guru.Anita dipanggil dan aku pun ikut menemaninya. Setelah berbincang-bincang panjang lebar Anita pun mengakui kesalahannya. Dan aku berkata kepada Bu Titi “Sudahlah bu, kita kan sudah mengetahui siapa orang yang mengambil uangku, dan masalah ini tak usah diperpanjang lagi, dan lagi pula Anita mau mengembalikan uangnya besok kok..” Aku berkata sambil memperbaik suasana. Dan Bu Titi pun mengerti dengan apa yang aku katakan.Aku dan Anita kembali ke kelas dengan wajah yang dibilang cukup tenang walaupun ada konflik diantara kami, tapi kami coba untuk menutupinya.Bel istirahat pun berbunyi kami segera masuk ke kelas. Setelah beberapa jam kemudian bel pulang pun berbunyi. Sebelum aku pulang kerumah, aku dipanggil oleh Bu Evi di Ruang Guru dan aku menjelaskannnya secara detail. Kemudian aku dipersilahkan untuk pulang. Aku pun di jemput oleh Mamaku, dan aku menceritakan semua kejadian yang tadi aku alami di sekolah.Setiba di rumah, Ayah menanyakan kembali hal yang aku alami dan aku pun bercerita kepada keluargaku. Dan untungnya saja Mama dan Ayahku mengerti dan mereka pun memahami keadaanku, yang penting uang kakak kembali “kata mereka”. Tetapi ada hal yang aku sedihkan, Ayahku tidak mengizinkan aku untuk mengikuti Eskul Pramuka lagi. Mungkin dibalik semua itu ada hikmahnya, dan mungkin juga itu yang terbaik untukku, jadi aku hanya mengikuti Eskul Rohis.Pada keesokan harinya…Dikelas aku tetap bersikap seperti biasa, dan setibanya aku dikelas Anita langsung mengembalikan uangku dengan utuhnya. Dan aku mengucapkan terimakasih kepadanya. Walaupun ada konflik diantara kami, kami berusaha untuk melupakannya dan menganggap hal itu tak pernah terjadi dan kami menganggap seperti angin lewat.Sampai sekarang hubungan ku dan Anita berjalan seperti biasa dan baik-baik saja layaknya seperti teman baik, dan kami juga selalu menjaga rasa persaudaraan layaknya makhluk sosial.**TAMAT**
Rabu, 29 Oktober 2014
Cerita Pendek
Diposting oleh Mufidaturohmah di 01.36Minggu, 05 Oktober 2014
Fatin - Aku Memilih Setia
Diposting oleh Mufidaturohmah di 21.37Ada banyak cara Tuhan menghadirkan cinta
Mungkin engkau adalah salah satunya
Namun engkau datang di saat yang tidak tepat
Cintaku tlah dimiliki
Inilah akhirnya harus ku akhiri
Sebelum cintamu semakin dalam
Maafkan diriku memilih setia
Walaupun kutahu cintamu lebih besar darinya
Maafkanlah diriku tak bisa bersamamu
Walau besar dan tulusnya rasa cintamu
Takkan mungkin untuk membagi cinta tulusku
Dan aku memilih setia
Inilah akhirnya harus ku akhiri
Sebelum cintamu semakin dalam
Maafkan diriku memilih setia
Walaupun kutahu cintamu lebih besar darinya
OOOuuu..oo..
Seribu kali logika ku untuk menolak
Tapi ku tak bisa bohongi hati kecilku
Bila saja diriku ini masih sendiri
Pasti ku kan memilih ... kan memilih kamu..uuu..
Inilah akhirnya harus ku akhiri
Sebelum cintamu semakin dalam
Maafkan diriku memilih setia
Walaupun kutahu cintamu..ooohh..
Walaupun kutahu cintamu lebih besar daa..darinya..
Subscribe to:
Postingan (Atom)